Pengertian
Harapan
Harapan adalah awal dari sebuah alur
hidup. Alur tersebut tidak akan pernah selesai dengan tuntas dan menghasilkan
apa yang diharapkan jika tidak ada upaya-upaya yang jelas untuk mewudujkan
harapan tersebut.
Harapan adalah keinginan seseorang
untuk mendapatkan sesuatu. Setiap manusia memiliki harapan yang merupakan
cita-cita di masa yang akan datang. Manusia yang tidak memiliki harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Harapan harus sesuai dengan pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuannya. Manusia harus merasa yakin atas
usahanya mewujudkan harapan agar dapat berhasil sesuai dengan yang di harapkan.
Penyebab manusia mempunyai harapan
adalah dorongan kodrat manusia sebagai makhluk sosial.Dorongan kodrat adalah
sifat,keadaan atau pembawaan alamiah sejak manusia di ciptakan.Dorongan itulah
yang menyebabkan manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup dan untuk
memenuhinya manusia harus bekerjasama dengan orang lain.
Macam-macam Harapan
Menurut Abraham Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan
manusia itu merupakan lima harapan manusia. Lima macam harapan itu ialah :
1.
Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival).
2.
Harapan untuk memperoleh keamanan (safety).
3.
Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving
and love).
4.
Harapan memperoleh status atau untuk diterima atau di akui lingkungan.
5.
Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization).
Alasan
Manusia Mempunyai Harapan
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung
disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau
sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi
hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang
baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya.
A.
Dorongan kodrat.
Kodrat
ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan
manusia mempunyai keinginan atau harapan.
B.
Dorongan kebutuhan hidup.
Sudah
kodrat pula bhawa manusai mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan
hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusai bekerja sama
dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas,
naik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya. Dengan adanya dorongan
kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada
hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C.
Kelangsungan hidup.
Untuk
melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan.
Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Sandang , semula
hanya berupa perlindungan/keamanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi
dalam perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan,
tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.
D.
Keamanan.
Setiap
orang membutuhkan keamanan. Sejak serorang anak lahir ia telah membutuhkan
keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak,
secara moral orang lain dapat memberi rasa aman. Walaupun secara fisik keadaan
dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah
memberikan keamanan yang diharapkan.
E. Hak
dan kewajiban mencintai dan dicintai.
Tiap
orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula
kesadaran akan hak dan kewajiban.
F.
Status.
Setiap
manusia membutuhkan status. Status itu penting, karena dengan status orang tahu
siapa dia. Harga diri seseorang melekat pada status orang itu.
G.
Perwujudan cita-cita.
Selanjutnya
manusai berharap diakui keberadaanya sesuai dengan keahliannya atau
kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau
kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
Syarat Berharap Sesuatu (Raja’)
PERLU
ditegaskan bahwa seseorang yang mengharapkan sesuatu, maka ia dituntut
melakukan 3 hal sebagai sebuah konsekuensi logisnya, yaitu:
1. Ia harus mencintai sesuatu itu
2. Ia takut dan khawatir tidak mendapatkan
sesuatu itu
3. Ia harus menggerakkan segala daya upaya
untuk mendapatkan sesuatu itu
Jika pengharapannya
tidak diikuti sama sekali dengan melakukan 3 hal tersebut, maka ini masuk
kategori “tamanniy” (berangan-angan).
Pengharapan
adalah satu hal dan tammaniy adalah hal yang lain. Semua orang yang berharap
sesuatu takut luput dari sifat itu. Orang yang menempuh jalan untuk mendapatkan
sesuatu dan takut tidak mendapatkannya akan mempercepat jalannya. Orang yang
segera dalam menempuh perjalanan akan cepat sampai di tempat tujuan.
Rasulullah SAW. Bersabda,
“Barangsiapa
yang takut kepada Allah, ia akan mempercepat perjalannya dan yang barangsiapa
yang cepat berjalan, ia akan sampai tujuan. Ketahuilah! Sesungguhnya balasan
Allah itu mahal. Ketahuilah! Sesungguhnya balasan Allah adalah surga.” (HR at-Tirmidzi)
Sebagaimana Allah memberikan predikat
pengaharapan kepada orang yang beramal soleh, ia juga memberikan predikat takut
kepadaorang yang melakukan amal soleh. Dari sini bias diketahui bahwa
pengharapan dan rasa takut (yang bermanfaat) adalah 2 hal yang seiring dengan
amal soleh. Sebagaimana yang difirmankan Allah.
“Sesungguhnya
orang-orang yang verhati-hati karena takut (azab) Tuhan mereka, dan beriman
dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang telah memberikan apa
yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka, mereka itu
bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan mereka itulah
orang-orang yang memperolehnya.” (Al-Mu’minuun:57-61)
Husnuzhan dalam Pengharapan
Husnuzhan adalah raja’, pengharapan. Pengharapan
yang benar adalah yang merangsang melakukan ketaatan dan menghindarkannya dari perbuatan
maksiat. Sebaliknya, barangsiapa
kemalasannya adalah pengharapan dan pengharapannya adalah kemalasan dan
pengabaian atas hak-hak Allah, sesungguhnya ini adalah sikap ghurur. Logikanya,
bila seseorang berharap menuai panen dari ladangnya, lantas ia hanya
membiarkannya, tidak menanam apa-apa, tanpa melalui proses perawatan dan hanya
bermodal “prasangka baik”, maka semua orang akan mengatakannya “orang yang
paling bodoh”.
Allah
SWT berfirman,
“Sesungguhnya orang yang beriman,
orang-orang yang berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itu mengharapkan
rahmat Allah…” (al-Baqarah: 218)
Renungkan ayat ini, bagaimana Allah
mendudukkan pengharapan mereka sebagai satu kesatuan dengan amal ketaatan
mereka. Sebaliknya orang-orang yang terperdaya akan mengatakan bahwa ahli
maksiat dan pengabai hak-hak Allah adalah orang-orang yang berharap rahmat
Allah.
Kesimpulannya, sesungguhnya
pengharapan dan husnuzhan harus dibarengi dengan menjalankan sebab-sebabnya
yang mendatangkan pahala Allah dan kemuliaan-Nya. Sesudah seorang hamba
melakukan semua itu ia berharap dann husnuzhan agar apa yang ia lakukan
bermanfaat baginya dan agar ia dihindarkan dari hal-hal yang membatalkan
amalnya.
Sumber
:
(Dikutip
dari buku yang berjudul : Al-Jawabul Kafi Liman Saala’Anid Dawaaisy-syafi, Penulis
: Ibnu Qayyim al-Jauziyah)