Selasa, 29 Januari 2013

2.Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat


Contoh kasus Pertentangan Sosial
Tahun 2012 Masih Rentan Konflik Sosial
JAKARTA, KOMPAS.com -- Gerakan radikalisme dan konflik sosial diprediksi masih akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2012, pemerintah dan khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai terjadinya aksi radikalisme yang terdiri dari konflik-konflik sosial dan kekerasan atas nama agama.
Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Lazuari Birru, Dhyah Ruth, Jumat (3/2/2012) di Jakarta. Menurut Dhyah, radikalisme yang terkait dengan konflik-konflik sosial bersumber dari deprivasi ekonomi, yaitu perasaan terpinggirkan secara ekonomi.
Selain itu, menurut Dhyah, karena adanya perasaan kalangan masyarakat yang teralienasi, yaitu perasaan terasing hidup di lingkungan sendiri. Lalu, adanya perasaan terancam dari kelompok masyarakat, yaitu perasaan bahwa posisinya dilemahkan atau tertekan.
Kelompok radikal, kata Dhyah, berpotensi besar melakukan infiltrasi terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Isu-isu marginalisasi, kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan, tetap menjadi fokus kampanye kelompok radikal.
Selain itu, pertentangan kelas juga menjadi isu yang sangat mudah dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk menyulut kekerasan. Misalnya, buruh dengan pengusaha atau petani dengan pengusaha agrobisnis atau perkebunan.
Dhyah mengungkapkan, dari survei indeks radikalisme Lazuardi Birru tahun 2011, kelompok pekerjaan petani, nelayan dan peternak memiliki indeks kerentanan tertinggi, yaitu 46,4. Kemudian, kelompok pengangguran memiliki skor indeks kerentanan 44,8, dan kelompok buruh dan pekerjaan serabutan mencapai 43.9.
"Skor itu berada di atas titik aman, yaitu 33,3. Skor 0 menunjukkan tidak radikal dan skor 100 menunjukkan sangat radikal," jelasnya.
Editor :
Nasru Alam Aziz

http://nasional.kompas.com/read/2012/02/03/22564017/Tahun.2012.Masih.Rentan.Konflik.Sosial

 
Contoh Kasus Integrasi Masyarakat
Integrasi Transjakarta-KRL Harus Menyeluruh
Penulis : Riana Afifah | Jumat, 27 Januari 2012 | 17:50 WIB

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Armada Busway Koridor 9 Pluit-Pinang Ranti, melaju di jalurnya bersama dengan kendaraan pribadi lainnya di ruas Jalan Let Jend. S. Parman, Jakarta Barat, Selasa (3/1/2012).
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, membenarkan bahwa tiket elektronik untuk bus Transjakarta akan terealisasi di semua koridor pada Juni 2012. Hal ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat dan mencegah kebocoran tiket yang selama ini sering diberitakan. "Benar sekali. Untuk bulan Juni 2012 ini, penumpang bus Transjakarta akan menggunakan tiket elektronik," kata Pristono ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (27/1/2012).
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/quote_1.gif
Untuk bulan Juni 2012 ini, penumpang bus Transjakarta akan menggunakan tiket elektronik.
-- Udar Pristono
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/quote_1.gif
Mengenai integrasi dengan Kereta Rel Listrik (KRL), Pristono menyambut baik hal tersebut. Namun perlu koordinasi yang kuat antara pihaknya dengan pihak pengelola KRL untuk mewujudkan sistem integrasi antar moda ini agar memudahkan masyarakat menggunakan angkutan umum. "Tinggal dikoordinasikan saja. Jadi dengan tiket elektronik ini, nanti tinggal dikoneksi saja antara KRL dan bus Transjakarta. Jadi cuma sekali beli," jelas Pristono.
Ia menambahkan bahwa integrasi ini tidak hanya pada tiket elektronik saja melainkan juga pada wujud fisiknya. Ia memberi contoh bahwa selama ini halte-halte bus Transjakarta sengaja dibangun di dekat stasiun-stasiun kereta agar masyarakat yang ingin pindah moda angkutan tidak kesulitan.
Untuk itu, Pristono mengusulkan agar pihak pengelola stasiun menyediakan semacam pedestrian dengan kanopi yang mengarahkan para penumpang kereta untuk beralih ke bus Transjakarta. Sehingga bagi masyarakat yang ingin naik bus Transjakarta, dapat dengan mudah menemukan halte yang dekat dengan stasiun. "Sekarang masalahnya dari stasiun belum nyamperin ke halte busway. Sedangkan halte busway selalu mendekati stasiun. Jadi semacam bertepuk sebelah tangan," tandas Pristono.
Editor :
I Made Asdhiana








Tidak ada komentar:

Posting Komentar