1.
Jenis-jenis Pasar
·
Pasar
Persaingan Sempurna
·
Pasar Monopoli
·
Pasar Monopolistis
·
Pasar Oligopoli
2.
Pengertian dan konsep-konsep Pendapatan Nasional
·
Perputaran roda perekonomian
·
Metode penghitungan Pendapatan Nasional
·
Masalah dan keterbatasan perhitungan PDB
1. Jenis-jenis Pasar
Pasar
menurut struktur dibedakan menjadi empat macam yaitu pasar persaingan sempurna,
monopoli, persaingan monopolistis, dan oligopoli.
·
Pasar Persaingan Sempurna
Pasar
persaingan sempurna disebut juga pasar persaingan murni adalah pasar di mana
terdapat banyak penjual dan pembeli dan mereka sudah sama-sama mengetahui
keadaan pasar.
Pasar
persaingan sempurna memiliki ciri-ciri berikut ini.
1)
Banyak penjual dan pembeli.
2)
Barang yang diperjualbelikan sejenis (homogen).
3)
Penjual maupun pembeli memiliki informasi yang lengkap tentang pasar.
4)
Harga ditentukan oleh pasar.
5)
Semua faktor produksi bebas masuk dan keluar pasar.
6)
Tidak ada campur tangan pemerintah. Contoh pasar persaingan sempurna antara
lain pasar hasil-hasil pertanian.
·
Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Pasar
persaingan tidak sempurna adalah kebalikan dari pasar persaingan sempurna yaitu
pasar yang terdiri atas sedikit penjual dan banyak pembeli. Pada pasar ini
penjual dapat menentukan harga barang. Barang yang diperjualbelikan jenisnya
heterogen (berbagai jenis barang).
Pasar
persaingan tidak sempurna mempunyai beberapa bentuk pasar, yaitu :
1) Pasar Monopoli
Pasar
monopoli adalah pasar yang terjadi apabila seluruh penawaran terhadap sejenis
barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual atau sejumlah penjual tertentu.
Pada pasar monopoli terdapat ciri-ciri berikut ini.
ü
Hanya ada satu penjual sebagai pengambil
keputusan harga (melakukan monopoli pasar).
ü
Penjual lain tidak ada yang mampu menyaingi
dagangannya.
ü
Pedagang lain tidak dapat masuk karena ada
hambatan dengan undang-undang atau karena teknik yang canggih.
ü
Jenis barang yang diperjualbelikan hanya
semacam.
ü
Tidak adanya campur tangan pemerintah dalam
penentuan harga, contoh: PT Pertamina (persero), PT Perusahaan Listrik Negara
(persero), dan PT Kereta Api (persero).
2) Pasar Persaingan Monopolistis
Pasar
persaingan monopolistis adalah pasar dengan banyak penjual yang menghasilkan
barang yang berbeda corak. Pasar ini banyak dijumpai pada sektor jasa dan
perdagangan eceran. Misalnya jasa salon, angkutan, toko obat/apotik, dan toko
kelontong.
Pada
pasar persaingan monopolistik terdapat ciri-ciri berikut ini.
ü
Terdiri atas banyak penjual dan banyak pembeli.
ü
Barang yang dihasilkan sejenis, hanya coraknya
berbeda. Contoh: sabun, pasta gigi, dan minyak goreng.
ü
Terdapat banyak penjual yang besarnya sama,
sehingga tidak ada satu penjual yang akan menguasai pasar.
ü
Penjual mudah menawarkan barangnya di pasar.
ü
Penjual mempunyai sedikit kekuasaan dalam menentukan
dan memengaruhi harga pasar.
ü
Adanya peluang untuk bersaing dalam
keanekaragaman jenis barang yang dijual.
3) Pasar Oligopoli
Pasar
oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri atas beberapa penjual untuk suatu
barang tertentu, sehingga antara penjual yang satu dengan yang lainnya bisa
memengaruhi harga. Contoh:
perusahaan
menjual mobil dan sepeda motor, perusahaan rokok, industri telekomunikasi, dan
perusahaan semen. Pasar oligopoli mempunyai ciri-ciri berikut ini.
ü
Hanya terdapat sedikit penjual, sehingga
keputusan dari salah satu penjual akan memengaruhi penjual lainnya.
ü
Produk-produknya berstandar.
ü
Kemungkinan ada penjual lain untuk masuk pasar
masih terbuka.
ü
Peran iklan sangat besar dalam penjualan produk
perusahaan.
2. Pengertian dan konsep-konsep Pendapatan Nasional
·
Perputaran Roda Perekonomian
Pertumbuhan
Ekonomi dalam sebuah negara biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari
GDP negara tersebut,yakni seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari
tahun ke tahun.Pertumbuhan ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output
suatu sektor ekonomi pada tahun dengan nilai output sektor tersebut dan dikali
100% kemudian dikurangi 100.Bila GDP mengalami pertubuhan yg tinggi berarti
pendapatan masyrakat mengalami pertumbuhan yg tinggi.GDP Indonesia menurut
lapangan usaha berdasarkan harga yg berlaku dan harga konstan.
* Pengeluaran Agregat (Aggregate spending)
Pengeluaran
Agregat ini sama dengan permintaan aggregat karna konsekuensi dari permintaan
adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga,investor,pemerintah dan eksportir
untuk membeli barang dan jasa.Pengeluaran Aggregate itu dapat di golongkan
menjadi 4 komponen, yaitu :
a. pengeluaran konsumsi rumah tangga
b. pengeluaran investasi oleh
pengusaha (bisnis)
c. pengeluaran pemerintah
d. pemerintah luar negeri
*
Pengeluaran Konsumsi
Merupakan
bagian terbesar dari permintaan aggregat yaitu berupa permintaan dari konsumen
terhadap barang dan jasa yg dibutuhkan.Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan
GDP di indonesia diperkirakan 65% dari total GDP.Kosumsi dapat di bagi menjadi
3 yaitu barang tahan lama,barang tidak tahan lama,dan jasa.
*
Pengeluaran Investasi
Investasi
adlh tambahan terhadap akumulasi modal ditambah dengan perubahan
persedian.Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam penambahan stok
modal.Investasi adalah aktifitas yg bisa meningkatkan kemampuan ekonomi dalam
memproduksi barang dan jasa di masa
mendatang.
* Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran
pemerintah yg diperlukan agar roda permerintahan dapat berjalan dengan
baik.Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam anggaran belanja dan pendapatan
nasional ( APBN ).Barang dan jasa yg dibeli oleh pemerintah tidak dihitung ke
nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang konsumsi karna barang
dan jasa yg diproduksi oleh pemerintah pada umumya adalah gratis.Pengeluaran
pemerintah seperti uang pensiun tidak dihitung dalam GDP karena tidak termasuk
ke dalam pembelian barang atau jasa.
·
Metode penghitungan Pendapatan
Nasional
Ada
3 konsep pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional,
antara lain adalah seperti ini :
1.Pendekatan
pendapatan
Dengan
cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang
diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
2.Pendekatan
produksi
Dengan
cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang
industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu.
3.Pendekatan
pengeluaran
Dengan
cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu.
·
Masalah dan keterbatasan perhitungan
PDB
a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan
PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara,
dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut
PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada
US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia
adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita
lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan
dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan.
Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi
kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB
perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut
dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan warga kulit
hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya
jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah.
Faktor
utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan. Walaupun
distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat
seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga
kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada
tahun 1996, sekitar 46% aset finansial
dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan
Sosial
Umumnya
ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan
dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial
makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika
sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan
kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan,
pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya
makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai
perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah
mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi
nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan
fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak
terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan
menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab,
dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran,
tetapi juga ketenangan batin.
Jadi
kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di
negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding
di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan
tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding
negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk
memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan:
Jumlah
dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya
sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan
tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
Jumlah
dan struktur kesempatan kerja : Jumlah kesempatan kerja yang makin besar
memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi.
Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun
kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor
pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian
umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan
berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output
per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat
tinggi.
Faktor-faktor
nonekonomi : Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika
kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas
menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak,
berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki
etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap
senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus
menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi
modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan
Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka
statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya
mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum
mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di
negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan
oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi
oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan
kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut
merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya
sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang
lainnya.
SUMBER
:
http://ferikaryana.blogspot.com/2012/07/perputaran-roda-ekonomi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar